Bapak itu Disingkat SBY

​Dalam Pilkada DKI, menurut saya, dukungan SBY ke Agus Harimurti adalah dukungan yang paling logis dan paling tulus. Bahkan satu-satunya ketua partai politik yang paling ikhlas memberi dukungan kepada salah satu kandidat gubernur itu. Anies atau pun Ahok, terpilih atau tidak menjadi gubernur DKI nantinya, dukungan dari Prabowo untuk Anies dan dukungan Megawati untuk Ahok hanyalah sementara, tak akan abadi. Ia hanya sebatas dukungan basa-basi politik. Karena politik itu dinamis. Arah ke depannya susah ditebak. Maka fatal akibatnya jikalau mencampur-adukkan kebencian dan politik seperti yang selama ini jadi menu wajib di media sosial dan di warung kopi. Dalam urusan politik, tak ada tempat untuk ‘benci’ karena dunia politik juga tak mengenal kata’cinta’.

Agus tentu saja berbeda. Agus seorang anak dari SBY. Dan SBY adalah seorang bapak, mantan presiden dua periode, yang sekaligus berperan sebagai ketua partai politik salah satu pengusung sang anak sebagai kandidat gubernur DKI itu. 

Agus, walau pun nantinya tersingkir dari pertarungan memperebutkan kursi gubernur DKI, ia akan tetap kembali ke rumah bapaknya dan tentu masih disambut dengan pelukan hangat oleh sang papa. “Kau anakku, kau tetap yang terbaik”.  SBY tentulah masih punya jalan lain untuk anak kesayangannya itu.

Begitulah seorang bapak. Melihat anak-anaknya berhasil adalah nalurinya. Bahkan jika harus melukai orang lain pun, seorang anak tetap akan dibela. Dan SBY paham, menempatkan anaknya itu sebagai gubernur di Ibukota-jika terpilih nanti- adalah salah satu pilihan terbaik. Dan mungkin saja menjadi pijakan awal untuk memimpin Indonesia ke depannya, jika berhasil.

Di Kabinet Gotong royong, kita juga belum lupa seorang anak perempuan bernama Puan Maharani. Seorang menteri yang dikenal nir-prestasi dan minim kinerja tapi tetap masih bisa duduk santai di Menko Pembangunan Manusia. Tak bisa dipungkiri karena ada peran dan kasih sayang bunda di sana. Ibu mana yang tega melihat anaknya jadi pengangguran. Dan Bu Mega termasuk orang yang tidak tega itu.

Saya tulis ini bukan untuk memberi dukungan pada salah satu kandidat gubernur DKI. Bukan. Saya juga tidak ikut-ikutan terusik dengan panasnya arena tempur Pilkada DKI. Tidak sama sekali. Tapi semata karena saya seorang anak dari seorang bapak, dan bapak dari seorang anak. Di mata bapak, sedewasa dan semandiri apa pun seorang anak, ia tetaplah asset yang sangat bernilai dan tetap ia jaga walau tubuhnya sendiri mulai rapuh.

2 pemikiran pada “Bapak itu Disingkat SBY”

Tinggalkan komentar